Rasanya sudah sangat
lelah kita melihat pengurus-pengurus PSSI ini bertikai. Entah apa yang meraka
cari dan pertahankan. Mungkin untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu
urai benang kusut ini yang bahkan membuat banyak masyarakat pecinta bola sudah
tidak tahu lagi apa akar masalahnya dan siapa yang harus bertanggung jawab
dalam hal ini.
Saya mencoba berkilas
balik pada saat dimana pencalonan George Toisutta dan Arifin Panigoro (GT &
AP)
GT & AP sebagai
bakal calon ketua umum PSSI ditolak oleh Nurdin Halid. Inilah awal dari
kusutnya benang tersebut. Kita semua tahu pada akhirnya FIFA memutuskan untuk
tidak mengakui legalitas NH yang secara logika dasar, segala keputusan
kepengurusan NH pada masa krusial tersebut tidak sah karena cenderung tidak fair.
Ini berarti keputusan
menolak GT & AP dalam pencalonan pun tidak sah, karena alasan penolakanpun
tidak sah, yaitu karena GT tidak pernah jadi pengurus pusat PSSI minimal 5
tahun (sementara statuta FIFA maupun PSSI hanya mensyaratkan pernah berkecimpung
didalam kepengurusan sepak bola minimal 5 tahun, artinya GT harusnya lolos
karena memenuhi syarat).
Sekarang kita kembali
ke masa dimana FIFA membentuk komite normalisasi (KN) yang diketuai oleh
seseorang yang sebelumnya sangat saya hormati karena sosoknya yang berwibawa
dan menurut saya cukup punya integritas & prinsip yang kuat yaitu Bapak
Agum Gumelar (AG).
Kenapa demikian, hal
yang sangat sederhana dan mendasar terlintas dikepala saya, ketika "musuh
bersama" yaitu NH sudah berhasil kita turunkan, seharusnya semua anak
bangsa yang mempunyai potensi, apalagi sudah terbukti komitmentnya terhadap
sepak bola Indonesia, diajak bersama-sama membangun persepak bolaan PSSI,
dengan tentunya melibatkan mereka juga untuk mau bersaing dalam memperebutkan
kursi PSSI 1.
Namun alangkah
terkejutnya saya ketika AG dengan arogannya mempertahankan keputusan era NH
yang notabenenya tidak mempunyai legitimasi kuat untuk tetap melarang GT &
AP terlibat dalam pencalonan ketua PSSI, ada apa?
Apakah ada tujuan
tertentu dari seorang AG untuk memenangkan calon tertentu, karena kalau GT
& AP diperbolehkan ikut, otomatis mereka memiliki kans yang paling besar
untuk menang.
Dan dengan sangat
arogannya, seorang AG memecat semua anggota KN yang notabennya tidak sependapat
dengan AG, artinya, ketika 5 dari 6 anggota KN setuju GT & AP dicalonkan,
78 dari 101 pemilik suara setuju GT & AP dicalonkan dan seorang AG menolak
dengan bersandar pada "surat" FIFA, yang notabenenya jauh kekuatannya
dibawah statuta FIFA & PSSI, maka seketika itu rasa hormat saya luntur.
Saya tidak mencoba
membela siapa-siapa, saya hanya mencoba bicara berdasarkan indikator-indikator
hukum jelas yang ada selama ini.
Dan kalau kita
perhatikan lebih jauh, seorang Thierry Regenass & AG pun selalu
"kurang yakin" menjawab apa alasan GT & AP tidak boleh
mencalonkan? Maaf ya kawan, dalam dunia nyata, ketika kita melarang seseorang
untuk sesuatu hal, maka ada dasar hukum yang jelas untuk itu, dan seorang AG
hanya menjawab bak seorang 'tukang becak'.
GT & AP dilarang
berdasar "Surat FIFA" (berubah dari konteks awal yang katanya tidak
memenuhi syarat pernah menjadi pengurus)! Surat
FIFA sama statuta FIFA tinggian mana PAK??? Dan apakah surat tersebut hanya keputusan seorang
Thierry Regenass atau sudah disahkan dalam sidang tertinggi FIFA?? Pun apapun
itu, statuta FIFA lah dasar tertinggi hukum di persepak bolaan dunia, dan kita
harus merujuk pada hal itu!!
Heyyy kawan, dimana
harga diri bangsa kita?? Dimana kau taruh intelektualitas bangsa kita? Bung AG,
kita bisa melobi FIFA, kita sudah punya dasar kuat atas putusan sela CAS yang
akan baru bertindak jika ada hukuman resmi dari FIFA. Lantas dimana naluri
ke-jendral-an anda yang pernah anda \"sombongkan\"?
Marilah kita jujur
kawan, tidak ada satupun butir distatuta FIFA & PSSI yang dilanggar oleh GT
& AP, pun saya akan sangat marah kalau saya diposisi mereka, dan saudara
sebangsa, apakah anda rela ketika anda terzolimi?
Marilah kita
berprinsip, saya tidak suka orang lain di zolimi karna sayapun tidak rela
dizolimi.. Kecuali anda berpendapat sebaliknya, itu menjadi hak anda pada
akhirnya.
Yang terhormat Bapak
Agum Gumelar, apa salahnya anda merelakan GT & AP bertarung, merekapun
belum tentu menang, tapi bukan itu yang menjadi tujuan bangsa ini menempatkan
anda sebagai ketua kehormatan PSSI.
Seharusnya sebagai
orang terhormat, anda menjadi simbol pemersatu insan-insan pecinta sepak bola
nasional untuk kembali membangun prestasi sepak bola Indonesia ,
AP sudah sangat terbukti komitmennya terhadap sepak bola Indonesia dengan secara rutin
mengadakan kompetisi untuk anak-anak.
Yang paling
sensasional, beliau rela merogoh kocek pribadinya untuk membiayai kompetisi
profesional LPI, dan sama sekali tidak menggunakan uang rakyat, tidak seperti
kompetisi dibawah PSSI yang masih menggerogoti uang rakyat, dan saya sebagai
rakyat, tidak rela uang saya dikorupsi oleh orang-orang yang hanya menjadikan
posisi ketua PSSI tempat mereka mencari harta!
Kawan, mari kita lihat
realitas yang ada, jujur, anda pilih ISL yang notabennya mengharuskan anda
membiayai mereka lewat pajak yang anda bayar, atau LPI yang bisa berdiri
sendiri tanpa bantuan dari pajak yang kita bayarkan, sehingga kita bisa
setidaknya menuntut kepada Bapak SBY agar uang pajak kita yang seharusnya untuk
membiayai PSSI, dialihkan untuk subsidi pendidikan dan kesehatan buat kita
semua, sehingga mudah-mudahan pendidikan & kesehatan buat semua rakyat
Indonesia benar-benar bisa gratis sepenuhnya.
Saya jadi teringat
bunyi pasal 34 ayat 1 UUD'45 : "Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara
oleh negara"
Semoga beliau-beliau
yang punya kepentingan tertentu sadar akan hal ini, dan benar-benar menyetop
subsidi ke Liga ISL, agar pasal 34 ayat 1 UUD\'45 bisa kita jalankan lebih baik
lagi.
Bahrul Hadid
Auckland, New Zealand
b_adit@yahoo.com
+64 9 8278201
Bahrul Hadid
Auckland, New Zealand
b_adit@yahoo.com
+64 9 8278201
Tidak ada komentar:
Posting Komentar